BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ada beberapa
alasan yang melatar belakangi untuk melakukan observasi tersebut diantaranya
adalah kami ingin mengetahui langsung bagaimana keadaan sebenarnya anak – anak
yang mengalami kebutuhan kusus, setelah kami kuliyah mata kuliah anak
berkebutuhan kusus kami ingin mengetahui keadaan riel anak berkebutuhan kusus
keadaan riel tersebut meliputi ciri –
ciri yang muncul, cara belajar, pelayanan yang diberikan di sekolah, gaya
belajar dll.
Disana kami
meneliti anak yang mengalami tuna rungu kelas III SD. Adapun karakteristik anak
tuna rungu yang kami dapat dari materi adalah sebagai berikut.
Tunarungu (Hendaya
pendengaran) adalah seseorang
yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar sebagian atau
seluruhnya, diakibatkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh indera pendengaran.[1]
Tunarungu diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu:
1.
Tunarungu ringan Yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar
bunyi dengan intensitas 20-40 dB. Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang
diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan. Individu tersebut
membutuhkan terapi bicara.
2.
Tunarungu sedang yaitu Yaitu kondisi dimana orang masih dapat
mendengar bunyi dengan intensitas 40-65 dB.Mereka mengalami kesulitan dalam
percakapan tanpa memperhatikan wajah pembicara.Sulit mendengar dari kejauhan
atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid).
3.
Tunarungu berat adalah kondisi dimana orang hanya dapat mendengar
bunyi dengan intensitas 95 dB atau lebih keras.Mendengar percakapan normal
tidak mungkin baginya, sehingga dia
sangat tergantung pada komunikasi visual. Sejauh tertentu, ada yang
dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu dengan kekuatan yang sangat
tinggi (super power).[2]
Adapun layanan untuk anak tunarungu
adalah:
Ditinjau dari JENISnya,
Layanan pendidikan terhadap anak
tunarungu, meliputi Layanan umum dan Layanan khusus. Layanan umum merupakam
layanan yang biasa diberikan kepada anak mendengar/normal, sedangkan layanan
khusus merupakan layanan yang diberikan untuk mengurangi dampak kelainannya,
yang meliputi layanan bina bicara serta bina persepsi bunyi dan irama.
Metode Pengajaran
Bahasa bagi Anak Tunarungu
Belajar Bahasa
Melalui Membaca Ujaran(Speechreading),Belajar Bahasa Melalui Pendengaran
(Auditory Training), Belajar Bahasa secara Manual (Sing Language and
Fingerspelling)
Layanan Pendidikan Spesifik
a.
Metode Oral, melatih anak dapat berkomunikasi secara verbal dengan
lingkungan orang yang mendengar.
b.
Membaca Ujaran, kegiatan yang mencakup pengamatan visual dari
bentuk dan gerak bibir lawan bicara dalam proses bicara.
c.
Metode Manual, melatih berkomunikasi dengan isyarat atau ejaan
jari.
d.
Ejaan Jari, penunjang bahasa isyarat dengan menggunakan ejaan jari.
B.
Tujuan Observasi
1.
Untuk mengetahui secara langsung krakteristik anak tunarungu
2.
Untuk mengetahui cara penanganan anak tunarungu
3.
Untuk mengetahui pelayanan dalam belajar anak tunarungu.
BAB
II
HASIL
OBSERVASi
A. Lokasi
observasi
1. Nama Sekolah : SLB-C Putra Asih
Status : Swasta milik YPLB Putera Asih
Nomor Statistik Sekolah : 822056302002
Nomor Induk
Sekolah : 280 530
Ijin
Operasional SK Nomor : 421.8/6706/103.03/2010
Tanggal : 26 Oktober 2010
2.
Alamat
Sekolah
Provinsi : Jawa Timur
Kota : Kediri
Kecamatan : Kota
Kelurahan : Balowerti
Jalan : Medangkamolan No. 1
Kode Pos : 64121
No. Telp. : (0354) 687670
3. Nomor Rekening ( SMPLB ) :
0062166479
Nomor Rekening ( SDLB ) : 0062083352
Nama Bank : BANK JATIM
Kantor : Cabang Kediri
Alamat Bank : Jl. P. Kusuma Bangsa Kediri
No. Telp. : -
4. Nama Pemegang
Rekening :
1) SUWARDI, S.Pd : Kepala Sekolah
2)
MUSTANGINAH, S.Pd : Bendahara/Guru
B.
Identitas observan
Nama :
Ratna Mei Linda Putri
Kelas :
III SD LB
Usia :
11 tahun
Jenis kelamin :
Perempuan
Kelainan :
tuna rungu ringan
C.
Hasil Identifikasi
1.
Ciri – ciri yang ditemukan
a.
Tidak dapat berucap dengan jelas.
b.
Menulisnya sudah cukup jelas.
c.
Tidak dapat fokus dengan lama
d.
Sering menggangu teman.
e.
Banyak menggunakan bahasa isyarat
f.
Lemah dalam kemampuan bahasa dan bicaranya akan tetapi cepat dalam
kemampuan berhitung.
2.
Pelayanan
a.
Percakapan prefektif,
Latihan ini
dilakukan dengan berinteraksi secara pelan – pelan siswa.
b.
Menggunakan bahasa isyarat.
c.
Berbicara dengan mengeja perkata.
d.
Bicara dengan keras
e.
Senam lidah,
Terapi ini bertujuan agar lidah anak menjadi
lentur dan diharapkan akan lebih mudah mengucapkan kata. Hal ini dilakukan
dengan cara mengusapkan madu disekitar mulut kemudian siswa diminta untuk
menjilati madu yang sudah dioleskan pada sekitar mulut tadi.
f.
Kerjasama dengan puskesmas dalam hal kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil observasi yang kami lakukan dengan siswa yang bernama
Ratna Mei Linda Putri kelas III SD LB usia 11 tahun yang mengalami tunarungu
ringan dengan ciri – ciri yang timbulkan seperti diatas yaitu:
a)
Tidak dapat berucap dengan jelas,
b)
Menulisnya sudah cukup jelas.
c)
Tidak dapat fokus dengan lama
d)
Sering menggangu teman.
e)
Banyak menggunakan bahasa isyarat
f)
Lemah dalam kemampuan bahasa dan bicaranya akan tetapi cepat dalam
kemampuan berhitung.
Dari
hal tersebut dapat diberikan solusi yang diantaranya:Percakapan prefektif, komunikasinya Menggunakan bahasa
isyarat.Berbicara dengan mengeja perkata.Bicara dengan keras,Senam
lidah,Kerjasama dengan puskesmas dalam hal kesehatan
Jadi menurut kami, penempatan dikelas tunarungu ringan sudah tepat
melihat ciri- ciri yang ditemukan pada anak tersebut.
Muhamad Efendi, Muhamad. Pengantar Psikopedagogik Anak
Berkelainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2006.
Kudo.KlasifikasiDanKarakteristikAnakTunaRungu.ilmukesehatandankeperawatan.blogspot.com.
Kurnaeni.MetodePengajaranBahasaBagiAnak Tuna Rungu. Psibkusd.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar