PENGERTIAN
DAN ASAL USUL TASAWUF
Secara etimologi tasawuf erat kaitannya dengan kata sufi.Kebanyakan para
penulis mengaitkan kata sufi dengan kata:
1. Safa dalam arti suci dan sufi adalah orang yang
disucikan. Dan memang, kaum sufi banyak berusaha menyucikan diri mereka melalui
banyak melaksanakan ibadat, terutama salat dan puasa.
2. Saf (baris). Yang dimaksud saf di sini ialah baris
pertama dalam salat di mesjid. Saf pertama ditempati oleh orang-orang yang
cepat datang ke mesjid dan banyak membaca ayat-ayat al-Qur'an dan berdzikir
sebelum waktu salat datang. Orang-orang seperti ini adalah yang berusaha
membersihkan diri dan dekat dengan Tuhan.
3. Ahl al-Suffah, yaitu
para sahabat yang hijrah bersama Nabi ke Madinah dengan meninggalkan harta
kekayaannya di Mekkah. Di Madinah mereka hidup sebagai orang miskin, tinggal di
Mesjid Nabi dan tidur di atas bangku batu dengan memakai suffah, (pelana)
sebagai bantal. Ahl al-Suffah, sungguhpun tak mempunyai apa-apa, berhati baik
serta mulia dan tidak mementingkan dunia. Inilah pula sifat-sifat kaum sufi.
4. Sophos (bahasa Yunani yang masuk kedalam filsafat
Islam) yang berarti hikmat, dan kaum sufi pula yang tahu hikmat. Pendapat ini
memang banyak yang menolak, karena kata sophos telah masuk kedalam kata
falsafat dalam bahasa Arab, dan ditulis dengan sin dan bukan dengan shad
seperti yang terdapat dalam kata tasawuf.
5. Suf (kain wol). Dalam sejarah tasawuf, kalau
seseorang ingin memasuki jalan tasawuf, ia meninggalkan pakaian mewah yang
biasa dipakainya dan diganti dengan kain wol kasar yang ditenun secara
sederhana dari bulu domba. Pakaian ini melambangkan kesederhanaan serta
kemiskinan dan kejauhan dari dunia.
Diantara
semua pendapat itu, asal kata sufi terdapat pada kata “suf” jadi, sufi
adalah orang yang memakai wol kasar untuk menjauhkan diri dari dunia materi dan
memusatkan perhatian pada alam rohani.
Secara
terminologi menurut Al-Junaidi, “ Tasawuf membersihkan hati dari apa yang
mengganggu perasaan kebanyakan makhluk, berjuang meninggalkan pengaruh budi
yang asal (instink) kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai
manusia, menjauhi segala seruan dari hawa nafsu, mendekati sifat-sifat
kerohanian, dan bergantung pada ilmu hakikat, memakai barang yang penting dan
terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada umat manusia, memegang janji dengan
Alloh SWT dalam hal hakikat, dan mengikuti contoh Rasulullah SAW dalam hal
syari’at”.
Tasawuf
adalah ilmu yang membahas masalah pendekatan diri manusia kepada Tuhan melalui
penyucian rohnya sehingga kehadiran-Nya senantiasa dirasakan secara sadar dalam
kehidupan. Tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri sedekat mungkin dengan Tuhan
sehingga ia dapat melihat-Nya dengan mata hati bahkan rohnya dapat bersatu
dengan Roh Tuhan.
Munculnya
tasawuf setelah sufi mulai dikenal pada abad ke-2 Hijriyah, tepatnya pada tahun
150 H. Orang yang pertama memperkenalkan istilah ini ke dunia islam adalah Abu
Hasyim al-Kufi di Irak. Tetapi pendapat lain menyebutkan tasawuf baru muncul di
dunia islam pada awal abad ke-3 H yang dipelopori oleh Al-Kurkhi, seorang
masihi. Beberapa tokoh lainnya yang muncul pada periode ini adalah Al-Suqti (w.
253 H), Al-Muhasibi (w. 243 H) dan Dzunnun Al-Hasri (w. 245 H).
Tasawuf
kemudian semakin berkembang dan meluas ke penjuru dunia Islam pada abad ke-4
dengan sistem ajaran yang semakin mapan. Belakangan, Al-Ghazali menegaskan
tasawuf sebagai keilmuan yang memiliki kekhasan tersendiri di samping filsafat
dan ilmu kalam. Pada abad ke-4 H dan ke 5 H hingga abad berikutnya terjadi
konflik pemikiran antara kaum sufi dan fuqoha. Pemikiran tasawuf muncul sebagai
reaksi terhadap kemewahan hidup (hedonisme), perkembangan teologi yang
cenderung mengedepankan rasio dan kering dari aspek-aspek moral-spiritual, dan
katalisator yang sejuk dari realitas umat yang secara politis maupun teologis
didominasi oleh nalar kekerasan. Karena itu, sebagaian ulama’ memilih menarik
diri dari pergulatan kepentingan yang mengatasnamakan agama dengan praktek-praktek
yang berlumuran darah. Menurut Hamka, kehidupan sufistik lahir bersama dengan lahirnya Islam itu
sendiri.
Karena
tasawuf timbul dalam Islam sesudah umat Islam mempunyai kontak dengan agama
Kristen, filsafat Yunani dan agama Hindu dan Buddha, muncullah anggapan bahwa
aliran tasawuf lahir dalam Islam atas pengaruh dari luar.
Ada yang
mengatakan bahwa pengaruhnya datang dari rahib-rahib Kristen yang mengasingkan
diri untuk beribadat dan mendekatkan diri kepada Tuhan di gurun pasir Arabia.
Tempat mereka menjadi tujuan orang yang perlu bantuan di padang yang gersang.
Di siang hari, kemah mereka menjadi tempat berteduh bagi orang yang kepanasan;
dan di malam hari lampu mereka menjadi petunjuk jalan bagi musafir. Rahib-rahib
itu berhati baik, dan pemurah dan suka menolong. Sufi juga mengasingkan diri
dari dunia ramai, walaupun untuk sementara, berhati baik, pemurah dan suka
menolong.
Pengaruh
filsafat Yunani dikatakan berasal dari pemikiran mistik Pythagoras. Dalam
filsafatnya, roh manusia adalah suci dan berasal dari tempat suci, kemudian
turun ke dunia materi dan masuk ke dalam tubuh manusia yang bernafsu. Roh yang
pada mulanya suci itu menjadi tidak suci dan karena itu tidak dapat kembali ke
tempatnya semula yang suci. Untuk itu ia harus menyucikan diri dengan
memusatkan perhatian pada fllsafat serta ilmu pengetahuan dan melakukan
beberapa pantangan. .
Dari
agama Buddha, pengaruhnya dikatakan dari konsep Nirwana yang dapat dicapai
dengan meninggalkan dunia, memasuki hidup kontemplasi dan menghancurkan diri.
Ajaran menghancurkan diri untuk bersatu dengan Tuhan juga terdapat dalam Islam.
Sedangkan pengaruh dari agama Hindu dikatakan datang dari ajaran bersatunya
Atman dengan Brahman melalui kontemplasi dan menjauhi dunia materi. Dalam
tasawuf terdapat pengalaman ittihad, yaitu persatuan roh manusia dengan roh
Tuhan.
Hakekat
tasawuf kita adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam ajaran Islam, Tuhan
memang dekat sekali dengan manusia. Dekatnya Tuhan kepada manusia disebut
al-Qur'an dan Hadits. Ayat 186 dari surat al-Baqarah mengatakan, "Jika
hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka Aku dekat dan mengabulkan seruan
orang yang memanggil jika Aku dipanggil."
Dasar-Dasar
Al-quran dan Faktor-Faktor Lahirnya Tasawuf
Dasar-Dasar Qurani Tasawuf.
Tasawuf pada awal pembentukannya adalah
manifestasi akhlak dan keagamaan. Moral keagamaan ini banyak disinggung dalam
Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan demikian, sumber utama tasawuf adalah
ajaran-ajaran Islam, sebab tasawuf ditimba dari Al-Quran, As-Sunnah, dan
amalan-amalan serta ucapan sahabat. Amalan serta ucapan sahabat tentu saja
tidak keluar dari ruang lingkup Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan begitu, justru dua sumber utama
tasawuf adalah Al-Quran dan As-Sunnah itu sendiri.
Para pengkaji tentang tasawuf sepakat bahwasannya
tasawuf berazaskan kezuhudan sebagaimana yang di praktekan oleh nabi muhammad
saw, dan sebagian besar dari kalangan sahabat dan tabi’in. Kezuhudan ini
merupakan implementasi dari nash-nash Al-quran dan hadist-hadist nabi yang
berorentasi akhirat dan berusaha untuk menjauhkan diri dari kesenangan duniawi
yang berkebihan yang bertujuan untuk mensucikan diri, bertawaqkal kepada Allah
SWT, takut terhadap ancaman-Nya, mangharap rahmat dan ampunan dari-Nya dan lain
sebagainya. Meskipun terjadi perbedaan makna dari kata sufi akan tetapi jalan
yang di tempuh jalan yang di tempuh kaum sufi berlandaskan islam. Diantaranya
ayat-ayat Allah SWT, yang di jadikan landasn akan urgensi kezuhudan dalam
kehidupan dunia adalah firman Allah SWT. Diantara ayat-ayat al-quran yang
menjadi landasan munculnya kezuhudan dan menjadi jalan kesufian adalah
ayat-ayat yang berbicara tentang rasa takut kepada Allah SWT, dan hanya
berharap kepada-Nya di antaranya adalah firman Allah SWT, dalam QS. As-Sajadah
ayat 16 .
Faktor Lahirnya Tasawuf.
Para sarjana, baik dari kalangan orentalis maupun
dari kalangan islam sendiri saling berbeda pendapat tentang faktor yang
mempengaruhi munculnya tasawuf dalam islam. Abul A’la ’Afifi dalam kata
pengantar edisi arab, Fit Tashawuf al-Is-lami wa Tarikhihi, mengklasifikasikan
pendapat para sarjana tentang faktor tasawuf ini menjadi empat aliran.
1.
Dikatakan bahwa
tasawuf berasal dari india melalui Persia.
2.
Berasal dari
asketisme Nasrani.
3.
Dari ajaran Islam
sendiri.
4.
Berasal dari
sumber yang berbeda-beda kemudian menjelma menjadi satu konsep.
Nicholson lebih condong menyimpulkan bahwa tasawuf itu
sedikit banyak telah dipengaruhi oleh faktor Nasrani (Nicholson, 1969). Namun
hal ini di bantah oleh al-Taftazani (1970) bahwa dalam Islam tidak ada sistem
kependetaan (rahbaniyah) sebagaimana terdapat dalam agama Nasrani. Adanya
kesamaan antara tasawuf dengan rahbaniyah dalam Nasrani tidak bararti islam
mengambil daripadanya, karena kehidupan semacam tasawuf merupakan kecenderungan
universal yang terdapat dalam semua agama atau bisa juga dikatakan bahwa sumber
agama adalah satu, sekalipun berbeda dalam segi formal dan detailnya. Maka
dengan demikian adanya kesamaan itu adalah logis
Sejarah dan
Perkembangan Tasawuf
Sejarah perkembangan tasawuf melalui
beberapa fase, diantaranya :
1) fase
Abad I dan II (fase pembentukan).
2) fase abad III
dan IV Hijriah (masa pengenbangan)
3) fase
abad V Hijriah (masa konsulidasi)
4) fase
adab VI (masa falsafi)
Pengertian
maqomat dan akhwal
Al-Maqomad (kedudukan) adlah istilah para sufi yang menunjukkan arti, nilai,
etika yang akan diperjuangkan dan diwujudkan oleh seorang salik ( seorang
perambah kebenaran sepiritual dalam praktk ibadah)
Al-hal atau Al-Ahwaal atau hal (keadaan) menurut kaum sufi adlah makna
nilai atau rasa yang hadir dalam hati secara otomatis (dengan sendirinya).
Konsep maqomad dan
ahwal dimata tokoh-tokoh tasawuf
Al-kalabadzi
menyebutkan adanya 10 maqom yang harus dilalui oleh para sepiritual sebagai
bereikut.
1)
Al-taubah (tobat)
2)
Al-zuhd (zuhud)
3)
Al-shabr (sabar)
4)
Al-faqr (kemiskinan)
5)
Al-tawadhu’ (kerendahan hati)
6)
La-tawakkal (tawakkal)
7)
Al-taqwa (takwa)
8)
Al-ridho (ridho)
9)
Al-mahabbah (cinta)
10)
Al-ma’rifah (pengetahuan tentang tuhan dan hakikat sesuatu)
Menurut Al-Ghozali
1)
Al-taubah (tobat)
2)
Al-shabr (sabar)
3)
Al-faqr (kemiskinan)
4)
La-tawakkal (tawakkal)
5)
Al-mahabbah (cinta)
6)
Al-ma’rifah (pengetahuan tentang tuhan dan hakikat sesuatu)
7)
Al-ridho (ridho)
Definisi maqomad
secara etimologi adalah bentuk jamak dari kata maqom, yang berarti kedudukan
sepiritual. Banyak pendapat yang berbeda untuk mendefinisikan maqomad,
diantaranya: Al-Qusyairi, menjelaskan maqomad adalah etika seorang hamba dalam
wushul (mencapai menyambung) kepadanya dengan macam upaya,diwujudkan dengan
tujuan pencarian dan ukuran tugas.
Hubungan
tasawuf dengan kalam, filsafat, fiqih dan psikologi .
Ilmu kalam adalah
disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan tentang
persoalan-persolan tuhan. Persolan-persoaln kalam ini biasanya mengarah sampai
pada perbincangan yang mendalam dengan dasar argumentasi, baik nakliah maupun
naqliah.dalam kaitanya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagi
berikut:
1.
Sebagai pemberi wawasan sepiritual dalm pemahaman kalam.
2.
Berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf.
3.
Berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohani dalam
perdebaatan-perdebatan kalam.
Terdapat perbedaan
titik tolak antara tasawuf dan filsafat namun tujuan berlabuhnya sama, yakni
sama-sama mencari kebenaran. Tasawuf bertolak dari rasa, namun kemudan naik
pada seni. Memasuki alam tasawuf menuju kelam ma’rifat kemudian bertemu dengan
kebenaran yang meyakinkan. Adapun landasan berpijaknya ialah rasio, dari
landasan rasio itu dimasukinya alam filsafat dengan menjelajahi beberapa sistam
dan metode berfikir, kemudian sampai pada kesimpulan dan pembuktian kebenaran.
Ilmu fiqih membahas
tentang hukum-hukum lalmiyah yang berpauatan sengan tingkah laku mukalaf, para
ahli fiqih mengatakan “barang siapa mendalami fiqih, tetapi belum bertasawuf
berarti ia fasik. Barang siapa bertasawuf, tetappi belum mendalami fiqih,
berarti ia zindiq. Dan barang siapa melakuakn kedunya berarti melakukan
kebenaran. Tasawuf dan fiqih adalah dua ilmu yang saling menyempurnakan. Jika
ada pertentangan antar keduanya berarti disitu ada kesalahahn dan penyimpangan.
Dalam pembahasan
tasawuf dibicarakan tetang hubungan jiwa
dengan badan.yang dikehendaki dari uraian tetang hubungan antara jiwa dan badan
tasawuf tersebut adalah terciptanya keserasian antara keduanya. Pembahasan
tetang jiwa dan badan ini dikonsepsikan
oleh sufi dalam rangka melihat sejauh mana hubungan prilaku yang dipraktikkan
manusia dengan dorongan yang dimunculakn jiwanya saehingga perbuatan itu dapat
terjadi itu tadi hubungna tasawuf dan psikologi.
Tasawuf Sunni
Tasawwuf sunni ialah
aliran tasaawuf yang berusaha memadukan
asapek hakekat dan syari'at, yang
senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentrasikan pendekatan diri
kepada allah, dengan berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap ajaran
al-Qur'an, Sunnah dan Shirah para sahabat.
Aliran ini muncul
dikarenakan ada ketegangan-ketegangan dikalangan seorang sufi, baik yang
bersifat eksternal maupun internal yaitu para sufi, ulama zahir, dan para
mutakalim.
Pada intinya tasawuf
ini sangat menolak pendekatan kepada allah SWT dengan akal rasio, sebagaimana
yang dikatakan Harun Nasution yang mengomentari pendapat Dzun An-Nun Misri
tentang pengetahuan ( makrifat), Bahwa makrifat yang paling tertinggi ialah yang diperoleh oleh para wali
Allah ( sufi).
Tokoh-tokoh tasawuf sunni
Diantara sufi yang
berpengaruh dari aliran-aliran tasawuf sunni dengan antara lain sebagai
berikut: Hasan Basri, Robiah al-Adawiah, Zin-zinun Almisri,
dan Al Ghozali.
1.
Hasan Basri
Dasar pendiriannya yang paling utama adalah
zuhud terhadap kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan
kenikmatan duniawi.
Prinsip kedua Hasan al-Bashri adalah al-khouf
dan raja’. Dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat
dosa dan sering melalakukan perintahNya. Oleh karena itu, prinsip ajaran ini
adalah mengandung sikap kesiapan untuk melakukan mawas diri atau muhasabah agar
selalu memikirkan kehidupan yang akan datang yaitu kehidupan yang hakiki dan
abadi.
2.
Robiah al
adawiyah
Semula
yang tingkatan seorang hasan basri dengan takut dan pengharapan kepada Allah.
Kemudian ditingkatkan lagi oleh rabiah dengan zuhud karena cinta.
Sesungguhnya
cinta yang murni tersebut derajadnya lebih tinggi daripada takut dan
pengharapan saja. Karena cinta yang murni adalah tidak mengharapkan sesutu
kecuali mengharapkan kepada Allah semata.
Beliau
juga menuangkan melalui syair-syair apa yang ia maksud dengan al-muhabbah, atau
sebenarnya tujuan zuhud robiah tidak lain yang dituju adalah karena allah.
3.
Zin-nun
Boleh
dikatan bahwa beliaulah puncaknya kaum sufi dalam abad ketiga. Dzu al-Nun
memandang bahwa ulama-ulama Hadits dan Fiqih memberikan ilmunya kepada
masyarakat sebagai salah satu hal yang menarik keduniaan disamping sebagai obor
bagi agama.
Menurutnya
cinta adalah timbal balik antara sang Khaliq dengan makhlukNya, yaitu antara
yang mencintai dan yang dicintai.
Dzu
al-Nun menerangkan, bahwa ciri-ciri makrifat itu ialah seseorang menerima
segala sesuatu itu adalah atas nama Allah dan memutuskan segala sesuatu itu
dengan menyerahkan kepada Allah, serta menyenangi segala sesuatu hanya
semata-mata karena Allah.
4.
Al Ghozali
Menurut
Abu al-Wafa’ al-Ganimi al-Taftazani, ada dua corak tasawuf yang berkembang di
kalangan sufi, yaitu pertama, corak tasawuf sunni, di mana para pengikutnya
memagari tasawuf mereka dengan Alquran dan as-Sunnah serta mengaitkan keadaan
dan tingkatan rohaniah mereka dengan keduanya. Kedua, corak tasawuf
semi-filosofis.
Konsepsi
al-Gazali yang mengkompromikan antara pengalaman sufisme dengan syariat telah
dijelaskan di dalam kitabnya yaitu Ihya Ulumuddin. Karya besar ini terdiri dari
4 jilid.
Jilid
pertama dan kedua berisi ajaran syariat dan aqidah disertai dasar-dasar
ayat-ayat suci Al-qur’an serta hadis dan penafsirannya. Dibahas pula bagaimana tingkat-tingkat
pengamalan syariat yang sempurna lahir batin.
Pada
jilid ketiga dan keempat, khusus membahas tasawuf dan tuntunan budi luhur bagi
kesempurnaan sebuah pengamalan syariat.
Dengan
demikian, corak tasawuf al-Gazali lebih menekankan pada aspek pendidikan
moralitas bagi para pencari kebenaran.
Maqomat-maqomat dalam tasawuf Al-Ghozali
Maqamat-maqamat yang diajarkan terdapat di dalam kitabnya Ihya
Ulumuddin, khususnya juz IV. Di dalam bagian tersebut diuraikan secara
berturut-turut sebagai berikut: Kitab al-Taubah, Kitab al-Sabr wa al-Syukr,
Kitab al-Khauf wa al-Raja, Kitab al-Faqr wa al-Zuhd, Maqamat-maqamat tersebut
didalamnya mencakup beberapa penjelaskan penting untuk memahami konsep tasawuf
yang diajarkan oleh al-Gazali, konsep itu adalah: Konsep taubat, zuhud,
tawakkal, dan ma’rifah.
a.
Taubat
Taubat menurut al-Gazali mencakup tiga hal: Ilmu, sikap (hal), dan
tindakan. Ilmu adalah pengetahuan seseorang tentang bahawa yang diakibatkan
dosa besar. Pengetahuan itu melahirkan sikap sedih dan menyesal, yang
melahirkan tindakan untuk bertaubat. Tobat harus dilakukan dengan kesadaran
hati yang penuh dan berjanji pada diri seindiri untuk tidak mengulangi
perbuatan dosa.
b.
Zuhud
Dalam keadaan ini seorang calon sufi harus meninggalkan kesenangan
duniawi dan hanya mengharapkan kesenangan ukhrawi. Al-Gazali membagi tingkatan
zuhud dari segi tingkatan motivasi yang mendorongnya kepada tiga tingkatan:
Ø Zuhud yang
didorong oleh rasa takut terhadap api neraka dan yang semacamnya.
Ø Zuhud yang
didorong oleh motif mencari kenikmatan hidup di akhirat.
Ø Zuhud yang
didorong oleh keinginan untuk melepaskan diri dari memperhatikan apa saja
selain Allah dalam rangka membersihkan diri daripadanya dan menganggap remeh
terhadap apa yang selain Allah.
c.
Tawakal
Tawakal dalam tasawuf diartikan berserah diri kepada kehendak Tuhan
seperti halnya mayat di depan orang yang memandikannya. Tawakal dalam
pengertian tasawuf adalah suatu syarat mutlak sebagai tangga memutuskan segala
ikatan dengan dunia secara total. Tanpa jiwa tawakal seperti itu, hati tidak
akan terbebas dari belenggu.
d.
Ma’rifah.
Ma’rifah (gnosis) secara umum diartikan sebagai ilmu atau
pengetahuan yang diperoleh melalui akal. Sedangkan menurut tasawuf, ma’rifah
berarti mengetahui Allah Swt dari dekat.
Tasawuf Falsafi
Adalah sebuah konsep
ajaran tasawuf yang mengenal tuhan (ma’rifat) dengan pendekatan rasio
(filsafat) hingga menuju ketingkat yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal
tuhan saja (ma’rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul
wujud (kesatuan wujud).
Dalam ajaran ini
pendekatannya lebih menonjol pada teoritis sehingga lebih mengdepankan rasio
dengan pendekatan filosof yang sangat sulit di aplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan bisa dikatakan mustahil.
Tokoh-tokoh taswuf falsafi
1.
Abu Yazid Al-Bustami
Sebelum membuktikan dirinya seorang sufi, ia terlebih dahulu
menjadi seorang fakih dari mazhab hanafi. Salah seorang gurunya, Abu Ali
As-Asindi mengajarkan ilmu tuhid, ilmu hakikat, dan ilmu lainya. Hanya saja ajaran
sufi Abu yazid tidak ditemukan dalam buku.
Dalam menjalani kehidupan zuhud selama 13 tahun, ia mengembara
dugurun-gurun pasir di Syam, hanya dengan tidur, makan, dan minum yang sedikit
sekali.
Ajaran-ajarannya:
a.
Fana dan Baqa’
Adalah ajaran terpenting Abu Yazid, kata fana’ berasal dari kata
faniya yang berarti musnah atau lenyap. Didefinisikan: hilangnya semua
keinginan hawa nafsu seseorang, tidak ada pamrih dari segala kegiatan manusia,
sehingga ia kehilangan segala perasaannya dan dapat membedakan sesuatu secara
sadar, dan menghilangkan segala kepentingan ketika berbuat sesuatu.
Adaun Baqa’ berasal dari kata baqiya artinya tetap. Berdasarkan
istilah tasawuf berarti mendirikan sifat-sifat terpuji kepada Allah. Keduanya
tidaka dapat dipisahkan, jika seorang sufi sedang mengalami fana’, ketika itu
juga ia sedang menjalani baqa’.
b.
Ittihad
Hanya saja dalam literature klasik, pembahasan tentang ittihad
tidak ditemukan. Karena pertimbangan keselamatan jiwa ataukah ajaran ini sangat
sulit dipraktekkan merupakan pertanyaan yang baik untuk di analisis. Al
Busthami dipandang sebagai sufi pertama yang menimbulkan ajaran fana dan baqa’
untuk mencapai ittihad dengan tuhan.
2.
Ibn Arabi
Ajaran pertamanya adalah wahdat al-wujud (kesatuan wujud)
yang merupakan ajaran sentralnya. Mrnurut Ibn Arabi hanya ada satu wujud dari
semua wujud yang ada, adapun wujud makhluk
merupakan hakikat dari wujud khaliq tidak ada perbedaan antara keduanya
dari segi hakikat. Selanjutnya Arabi menjelaskan hubungan antara tuhan dengan
alam, menurutnya alam adalah bayangan tuhan atau bayangan wujud yang hakiki dan
alam tidak mempunyai wujud yang sebenarnya.
3.
Al Hallaj
Ajaran-ajaran
tasawuf al-hallaj:
a.
Hulul, salah satu konsep tasawuf salafi yang menyakini terjadinya
kesatuan antara khaliq dengan makhluk.
b.
Alhaqiqatul Muhammadiyah, segala kejadian amal perbuatan dan ilmu
pengetahuan, dan dengan perantaranyalah seluruh ala mini dijadikan.
c.
Kesatuan Segala Agama, bilamana batin seorang insane telah suci
bersih dan menempuh perjalanan, akan naiklah tingkat hidupnya itu dari satu
maqam ke maqam yang lain.
Perkembangan
Tasawuf Falsafi
Sebenarnya perkembangan puncak dari tasawuf falsafi telah mencapai
pada konsepsi al wahjatul wujud sebagai karya piker Ibn Arabi. Pada umumnya
konsep ini diterima dan berkembang dari kaum syi’ah dan bermazabkan mu’tazilah.
Diterimanya konsep-konsep atau pola fikir tasawuf falsafi di
kawasan Persia, karena dimungkinkan disana dulu adalah kawasan sebelum islam
sudah mengenai filsafat.
Sejarah
tasawuf di Indonesia
Dalam kelahiran
tasawuf dalam Islam. Ada beberapa pendapat yang berbeda. Menurut keyakinan
sebagian besar orang Islam, lahirnya tasawuf bersamaan dengan lahirnya Islam
itu sendiri.
Di Indonesia
sendiri, kelahiran ajaran tasawuf serta lembaga-lembaga tarekatnya bersamaan
dengan kehadiara Islam di Indonesia. Tasawuf di Indonesia bany7ak diminati
lantaran kebudayaan lama bangsa
Indonesia bersifat mistis maupun mitis-mitos yang banyak berkembang sebelum
Islam
Tasawuf di Indonesia
terbagi berdasarkan territorial wilayah beberapa wilayah yang sudah berkembang
dan sudah banyak pengikutnya diantaranya:
Tasawuf masuk di
pilau jawa ditandai dengan berdirinya kerajaan Islam dipulau Jawa. Penyebaran
agama Islam dipulau jawa oleh para wali sanga melalui pendekatan mistik. Pada
perkembangan tasawuf di Indonesia lebih dikenal oleh Syeh Siti Jenar yang
mengatakan bahwa “ ajaran Islam itu tidak palu yang perlu hanyalah hakikat,
tuhan dan Muhammad adalah satu, karena Muhammad adalah nur dan Nur itu adalah
Tuhan”.
Perkembangan tasawuf
dipulau sumatar sama halnya dengan perkembangan tasawuf di pulau jawa, yakni
untuk mengislamkan penduduk sumatra. Ulama’ sufi yang berpengaruh adalah hamzah
pansur yang berfaham Wahdatul Wujud. Hamzah Pansur terkenal dengan tulisannya
sehingga membuat ajaran tasawuf banyak dikenal oleh banyak orang.
Perkembanga tasawuf
di kalimantan sama halnya perkembangan dipulau-pulau lain di nusantara salah
seorang sufi yang terkemuka dikalimantan ialah syek Ahmad Khatib As-Sambasi.
Ketika belajar dimakkah beliau lebih dikenal dengan Ahmad Khatib bin Abdul
Ghofar As-Sambasi Al-Jawi. Sementara dikalimantan selatan sufi dikembangakan
oleh Syek Muhammad Nafi Idris bin Husai Al-banjariyang diberi gelar oleh
pengikutnya dengan nama Al-Maulana Al-Alamah.
Hampir sama perkembangan Tasawuf di Nusantara
satu sama lain tidak jauh berbeda. Yakni untuk mengislamkan penduduk sekitar
yang membedakan satu sama lain adalah Tarekan yang kemudian berkembangnya saja
di sulawesi tasawuf yang berkembang bercorak dengan tasawuf sunidan falsafi
meskipun dalam tasawuf falssfi mencampur adukkan ajaran tasawuf dengan ilmu
hitamsehingga hal ini membingungkan masyrakat awam
Neo-Sufisme
Sufisme menepatkan penghayatan keagaam melalui
pendekatan batin. Konsep Neo-Sufisme, sesungguhnya menghendaki agar umat islam
mampu melakukan keseimbngan antara pemenuhan kepeningan akhirat dan kepentingan
dunia, serta umat islam harus mampu meformulasikan ajaran islam dalam kehidupan
sosial.
Ciri – ciri
Neo-Sufisme :
1.
menjadikan al-qur’an dan al-hadist serta ijtihad
sebagai dasar pijakan
2.
menghidupkan kembali aktifis salafi dan menanamkan
sikap positif kepada dunia
3.
memusatkan perhtian kepada rekontruksi sosio moral
masyarakat modern
4.
aksentuasi khusus pada moral dan penerapan metode
dzikir dan muraqabah atau konsentrasi keruhanian guna mendekati tuhan dengan
doktrin salafi. Mempunyai karakter aktif.
0 komentar:
Posting Komentar