Nama :
Teguh Winarno
Nim : 932100910
Hasil Observasi Di SLB Putra Asih Balowerti – Kediri
Banyak
orang yang tidak paham mengenai sekolah SLB ini sehingga sering dikonotasikan
dengan sekolah untuk anak yang cacat fisik dan terbuang. Padahal tidak
demikian. Positifnya bila anak sekolah di SLB adalah anak tidak perlu menghafal
dan menerima pelajaran yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan bagi kehidupan
kelak. Anak hanya diberi pelajaran yang berguna buat kemandirian hidup dan
dilatih ketrampilan sederhana yang nantinya jangka panjang bisa menopang
kehidupan anak.
Pada hari senin, 9 mei 2011 tepat
jam 7.30 STAIN mengadakan observasi
tentang Bagaiman Proses Belajar Mengajar di Sekolah
Luar Biasa (SLB) Petra Balowerti – Kediri, yang di ikuti oleh seluruh siswa
Prodi PAI semerter 4, Yang dipimpim oleh bapak Muhammad Yasin Muhsin M,ag.,
M.pd.selaku dosen mata kuliah Media Dan Teknologi Pembelajaran.
Dari
observasi yang telah saya lakukan,
saya mendapatkan informasi seputar tentang bagaimana Proses Belajar- Mengajar
yang Berlangsung di SLB tersebut.
SLB
Putra Asih tersebut adalah sekolahan Luar
biasa yang mempunyi peserta didik dengan keadaan fisik dan mental yang kurang
sempurna.Inputnya terdiri dari : Tuna Grahita yaitu Ideot, Embisil, Debil dan Slow Leaner, akan tetapi sekolah ini tidak melayani bagi anak yang
ideot. diterangkan bahwa tingkatan masing-masing yaitu:
Tuna
Grahita adalah seseorang / siswa yang memiliki IQ rendah:
v Idiot
adalah seseorang yang mempunyai IQ 25, dia tidak bisa melakukan apa-apa (mampu
rawat)
v Embisil
adalah seseorang yag mempunyai IQ 39, dia mampu dilatih seperti dilatih memakai
baju, memakai celana, tetapi dia tidak mampu menerima materi pelajaran, dan
tidak bisa membedakan warna, cirri-ciri penderita embisil :
a. Rata-rata
usia sampai 30 tahun
b. Bibirnya
tebal
c. Giginya
tidak rata
d. Matanya
sipit
e. Kulitnya
semakin besar semakin kasar
f. Kepalanya mogoloid(keci) dan hidro(besar)
v Debil
adalah orang yang mempunyai IQ 80,
dia bisa dididik, Debil ini seperti/sepadan dengan anak kelas 5 SD, Tapi tidak
semuanya seperti itu.
v Slow
leaner adalah orang yang mempunyai IQ 81-89, ini adalh golongan yang berada
dibawahnya normal dan diatasnya debil, masih bisa di didik di SD, kemampuannya
bisa dimaksimalkan dengan didikan yang tlaten dan dibantu konsumsi vitamin yang
lebih.
v Autis
adalah orang yag mempunyai kelainan tingkah laku, dari 100% oaring Autis 80%
masuk dalam SLB dan 20% seperti orang
normal biasanya.untuk mengetahui seberapa besar Iq yang dimiliki, maka harus
dibawa ke psikologis.penderita autism ini menunjukkan penyebaran Ciri-ciri
orang Autis :
a) Hyperaktif
b) Mempunyai
tatapan mata yang kosong
c) Kebanyakan dekat dengan ibu
d) Selalu
Asyik dengan dunianya sendiri
e) Selalu melihat TV dengan jarak yang terlalu dekat
f) Suka
bermain-main sendiri tanpa
mengetahui manfaat dari permainan itu.
g) Menyukai
sesuatu tapi tidak mengerti
h) Tidak
mau disentuh orang lain
i)
Makan/ minum dengan berjalan
j)
Tidak
mau menoleh jika dipanggil.
Metode
pembelajaran yang digunakan oleh
guru di
SLB adalah pengajaran individu, yang mana pendidik (guru) mendekati muridnya
satu persatu
agar mereka mampu menerima materi yag disampaikan oleh guru.Seperti yang sayaamati pada hari itu, bahwa proses pembelajaran
yang terjadi di kelas 6B yaitu kelas tuna wicara dan
tuna rungu, pada hari itu yang mengikuti pelajaran hanya 3 orang siswa saja,metode pembelajaran yang ada yaitu:
·
Pertama
siswa
di suruh berdoa sebelum pelajaran
dimulai, kemudian siswa disuruh latihan
membaca sendiri – sendiri dan maju di hadapan guru.
·
Latihan
mengenal dan membaca bangun ruang yang dilakukan bersama- sama kemudian
dilanjutkan maju satu- satu dan menyebutnya di depan guru
·
Belajar
matematika (menggambar bangun ruang kubus dan balok) serta menekankan peragaan tangan dan mulutnya satu-satu
di depan guru.
Kemudian
saya mengamati kelas 2 SD untuk kategori yang sama, disini siswanya berjumlah 6
anak, di kelas ini siswa disuruh membaca soal- soal kewarganegaraan dengan cara
praktek maju satu persatu dan membacakannya di depa guru dengan peragaan mulut dan tangannnya.Selanjutunya di kelas 1-2 SMA, disini siswa
berjumlah 6 orangyang terdiri dari penderita autis, tuna grahita dan debil,
menurut penjelasan guru yang ada dikelas saat itu, proses pembelajaran dengan
sistem 1-6 artinya satu guru untuk enam siswa, meskipun demikian penekanan
pembelajaran dengan mendekati masing - masing siswanya karena kemampuan siswa
itu berbeda-beda untuk bisa menerima pelajaran/ materi yang disampaikan. Pada
saat guru memberikan pelajaran agama, pelajaran agama yang di ajarkan untuk
anak kelas 1-2 SMA ini masih setara dengan pelajaran agama anak kelas 6 SD
normal. Karena
keterbatasan kondisi fisik dan rendahnya IQ mereka sehingga berpengaruh
terhadap kemampuan berfikir, dan tingkah laku mereka. Akibatnya
mereka selalu berperilaku layaknya anak-anak maksimal seperti anak kelas 6 SD
normal. Akan tetapi mereka
mempunyai malu dengan keadaan mereka seperti itu, apabila ditanya mereka akan
menjawab seperti anak-anak yang normal sebelumnya..
Beberapa hikmah yang saya dapat
dari hasil penelitian ini yaitu ;
·
Saya dapat mengerti dan bisa membedakan orang
yang menderita penyakit apa yang
di drita anak seperti itu.
·
Lebih menghargai adanya mereka karena
mereka juga Makhluk Allah yang layak memperoleh kasih sayang.
·
Mengetahui bagaimana cara kita harus bersikap kepada mereka
·
Tidak membeda- bedakan kita dalam
bergaul jika suatu saat kita mendapatkan teman yang seperti mereka
·
Mengetahui cara memberikan pendidikan kepada mereka.
1 komentar:
mantep gan ditambah sumber biar lebih mantep
Posting Komentar