OTORITAS ALLAH TERHADAP PENCIPTAAN
MANUSIA
SEBAGAI MAKHLUK TUHAN YANG SEMPURNA
øÎ)ur
tA$s%
/u
Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9
ÎoTÎ)
×@Ïã%y`
Îû
ÇÚöF{$#
ZpxÿÎ=yz
(
(#þqä9$s%
ã@yèøgrBr&
$pkÏù
`tB
ßÅ¡øÿã
$pkÏù
à7Ïÿó¡our
uä!$tBÏe$!$#
ß`øtwUur
ßxÎm7|¡çR
x8ÏôJpt¿2
â¨Ïds)çRur
y7s9
(
tA$s%
þÎoTÎ)
ãNn=ôãr&
$tB
w
tbqßJn=÷ès?
ÇÌÉÈ
zN¯=tæur
tPy#uä
uä!$oÿôF{$#
$yg¯=ä.
§NèO
öNåkyÎztä
n?tã
Ïps3Í´¯»n=yJø9$#
tA$s)sù
ÎTqä«Î6/Rr&
Ïä!$yJór'Î/
ÏäIwàs¯»yd
bÎ)
öNçFZä.
tûüÏ%Ï»|¹
ÇÌÊÈ
30.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
31. Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama
(benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!"[1]
A. Latar
Belakang masalah
Di dalam Al-quran Allah telah menjelaskan bahwa
Allah telah menciptakan makhluk selain malaikat yang nantinya aakn menjadi
khalifah di bumi. Makhluk yang sempurna berbeda dengan makhluk Allah yang lain.
Makhluk tersebut adalah manusia. Makhluk yang diberi pengetahuan agar dapat
menjalankan tugasnya dengan baik sebagai khalifah. Bila dilihat dari proses
belajar (manusia) untuk mendapatkan pengetahuan sama dengan konsep teori
gestalt yaiti pemahaman terhadap permasalahan.
Untuk mengetahui secara menyeluruh gtentang hubungan
antara penciptaan manusia sebagai khalifah dan konsep teori gestalt akan
fibahas secara rinci dalam isis makalah ini.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
penafsiran Q.S Al-Baqarah ayat 30-31?
2. Bagaimana
konsep teori gestalt
3. Bagaimana
pendapat mufassir tentang penciptaan manusia sebagai makhluk yang sempurna?
4. Bagaimana
implikasi teori gestalt terhadap tugas manusia sebagai khalifah?
C. Setting
Historis
Ibnu Abbas membaca surat tersebut “liya’rifuun”
(agar mereka mengenal aku). Pengetahuan merupakan tujuan dari penciptaan
manusia. Dan barang kali penekatan yang terbaik berkenaan dengan tafsir ayat
tersebut adalah apa yang disampaikan oleh Syekh muhammad Abduh “dialog yang
terdapat dalam ayat tersebut adalahurusan Allah SWT dengan para malaikat-Nya
dimana Dia menggambarkan kepada kita kisah ini dengan ucapan, pertanyaan dan
jawaban. Kita tidak mengetahui hakekat hal tersebut. Tetapi kita mengetahui
bahwasanya dialog tersebut tidak terjadi sbagaimana lazimnya yang dilakukan
oleh sesama manusia”. Dari dialog tersebut nabi adam mengetahui bahwa iblis
adalah makhluk yang memakai atribut keburukan dan sifat yang tecela. Ia meminta
kepada Allah agar mengekalkannya sampai hari kebangkitan. Iblis tidak ingin
mati namun Allah mengetahui bahwa ia akan tetap hidup sampai hari yang
ditentukan. Ia akan hidup sampai menjemput ajalnya dan kemudian mati. Nabi adam
mengetahui bahwa Allah SWT telah melaknat iblis dan telah mengusirnya dari
rahmat-Nya. Ahirnya nabi adam mengetahui musuh abadinya.[2]
D. Tafsir
Mufrodat
ZpxÿÎ=yz yang
artinya pengganti atau artinya jenis lain dari makhluk sebelumnya, bisa juga di
artikan sebagai pengganti Allah untuk melaksanakan perinhtah-perintah-Nya. 7Ïÿó¡o mempunyai
arti yang sama yakni mengalirkan atau menumpahkan. ¨Ïds)çR artinya menetapkan
sifat-sifat yang layak bagi Allah yakni sifat-sifat ang sempurna.[3] À!$oÿôF{$# N¯=tæu
maksudnya nama-nama semua benda. NåkyÎztäNèOartinya benda-benda
tadi yang ternyata bukan saja benda-benda mati tapi juga makhluk yang
berakal. ûüÏ%Ï»|¹NçFZä.bÎ) artinya bahwa tidak ada
yang lebih tahu daripada kamu di antara makhluk-makhluk yang Kuciptakan atau
bahwa kamulah yang lebih berhak untuk menjadi khalifah.[4]
E. Substansi
Ayat
Q.S al-baqarah ayat 30-31 menjelaskan tentang
bagaimana Allah menciptakan manusia (Adam) sebagai khalifah di bumi untuk
menjaga alam dan tidak membuat kerusakan. Allah membekali manusia dengan
pengetahuan yang di letakkan dalam kalbunya. Sehingga dengan bekal itu manusia
bisa mengembangkannya dan mengaplikasikannya di bumi. Tentunya dengan banyak
pengalaman manusia dapat memperoleh penfetahuan yang lebih. Di bumi manusia
mendapatkan masalah dan dari situ akan berusaha menyelesaikannya. Jadi dalam
proses itulah manusia mendapatkan pegetahuan tentang apa yang di hadapi.
Ribuan orang menganggap diri mereka bukanlah
pemimpin mereka sering kali tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka adalah
pemimpin bagi mereka diri sendiri. Hampir semua orang menjadi pemimpin di
lingkungannya masing-masing terlepas dari besar kecilnya jumlah orang dalam
kelompok tersebut. Meski hanya satu orang saja pengikutnya maka ia masih
dikatakan sebagai seorag pemimpin. Bahkan manusia seorang diri pun harus mampu
memimpin dirinya sendiri. Ketidaksadaran inilah acapkali mengakibatkan orang
tidak mau mengembangkan ilmu kepemimipinannya. Apalagi bila ia mampu
menciptakan serta menghidupkan kebesaran jiwa di kalbu anak-anaknya. Tidak ada
istilah orang kecil, semua orang sama di mata Allah dan setiap manusia dalah
khalifah Allah di bumi.[5]
Dari penjelasan ayat diatas bahwasanya q.s
al-baqarah ayat 30-31 mempunyai korelasi dengan quran surat an-nur ayat 45 dan
q.s al-faathir ayat 38 yang berbunyi:
ª!$#ur t,n=y{ ¨@ä. 7p/!#y `ÏiB &ä!$¨B ( Nåk÷]ÏJsù `¨B ÓÅ´ôJt 4n?tã ¾ÏmÏZôÜt/ Nåk÷]ÏBur `¨B ÓÅ´ôJt 4n?tã Èû÷,s#ô_Í Nåk÷]ÏBur `¨B ÓÅ´ôJt #n?tã 8ìt/ör& 4 ß,è=øs ª!$# $tB âä!$t±o 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ÖÏs% ÇÍÎÈ
45. Dan Allah Telah
menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang
berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian
(yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( an-nur
ayat 45)[6]
uqèd Ï%©!$# ö/ä3n=yèy_ y#Í´¯»n=yz Îû ÇÚöF{$# 4 `yJsù txÿx. Ïmøn=yèsù ¼çnãøÿä. ( wur ßÌt tûïÍÏÿ»s3ø9$# öNèdãøÿä. yZÏã öNÍkÍh5u wÎ) $\Fø)tB ( wur ßÌt tûïÍÏÿ»s3ø9$# óOèdãøÿä. wÎ) #Y$|¡yz ÇÌÒÈ
39. Dia-lah yang
menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. barangsiapa yang kafir, Maka
(akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang
kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan
kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian
mereka belaka. (Qs.fathir:39)[7]
Dalam isi kandungan quran surat an-nur ayat 45 Allah
menegaskan bahwa Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air yang
memancar sebagaimana dia menciptakan tumbuhan dari air yang tercurah. Lalu
allah menjadikan hewan-hewan itu beraneka jenis, potensi dan fungsi. Maka
sebagian dari mereka yakni hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya seperti
buaya, ular dan hewan melata lainnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki
seperti manusia dan burung sedang sebagian yang lain berjalan dengan empat kaki
seperti kambing, sapi dll dan ada juga yang berjalan dengan menggunakan lebih
dari empat kaki seperti seperti kalajengking, laba-laba dan lain-lain. Memang allah
maha kuasa lagi maha bijaksana karena
itu Allah secara terus menerus menciptakan apa dan dengan cara serta bahan yang
dikehendaki-Nya, sebagai bukti kekuasaan-Nya. Betapa penciptaan binatang tidak
menunjukkan kekuasaan Allah sekaligus kekuasaan-nya yang mutlak. Dari satu sisi
penciptannya sama yaitu air tetapi air di jadikannya berbeda-beda lalu dengan
perbedaan itu Dia menciptakan makhluk yang memiliki potensi dan fungi yang
berbeda-beda puka yang sungguh berbeda dengan substansi serta kadar air yang
merupakan bahan kejadiannya.[8] Dalam
quran surat faathir ayat 39, Dialah yang menjadukan kamu khalifah-khalifah di
muka bumi yakni sutu kaum menggantikan kaum yang lain. Hal ini sebagaiman
firman allah Ta’ala dan Dia menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi.
Barang siapa yang kafir maka kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Yakni
bencana kekafirannya kitu menimpa dirinya sendiri dan kekafiran orang-orang
kafir itu tiada lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi tuhannya.
Karena mereka terus menerus berada dalam kekafiran maka Allah Ta’ala memurkai
mereka. Hal ini berbeda dengan kaum mukmin yang semakin panjang usianya semakin
bagus amalnya, semakin tinggi derajat dan kedudukannya di surga, semakin
bertambah pahalanya dan semakin di cintai oleh makhluk dan khalik, Tuhan
semesta alam.[9]
Selain itu Qur’an surat al-baqarah ayat 30-31 juga
memiliki korelasi dengan sebuah hadits yang artinya “lalu mereka datang kepada
adam seraya berkata engkau adalah bapak manusia Allah telah menciptakanmu
dengan tangan kekuasaannya. Dia membuat malaikat bersujud padamu dan dia
mengajarimu nama-nama seluruh perkara. Hadits ini menunjukkan bahwa Allah telah
menciptakan adam sebagai salah satutanda kekuasan-Nya serta mengajari Adam
nama-nama makhluk dan benda-benda baik benda mati maupun berakal.[10]
Ibnu jarir berkata dari ibnu abas menyangkut makna hadist diatas.”apakah engkau
akan menjadikan di bumi orang selain kami atau bukan dari golongan kami yang
akan membuat kerusakan padanya dan akan menumpahkan darah. Padahal kami akan
senang tiasa bertasbih dan memujiMU serta mensucikanMU”. Para malaikat menduka
bahwa seluruh bani adam akan menumpahkan darah dan membuat kerusakan di muaka
bumi ini mereka tidak mengetahui bahwa diantara mereka ada yang menjadi nabi,
wali dan orang-orang saleh yang akan memelihara bumi dan melaksanakan tugasnya
dan sebagai kolifah dimuka bumi ini dengan baik. [11]
F. Pendapat
Mufasir
Dari penjelasan Qur’an surat al-baqoroh
30-31 bahwasanya beberapa mufasir berpendapat, pertama konsep kholifah
mengharuskan secara pasti bahwa tidak ada pihak yang bisa menggantikan baik
secara total maupun sebagian, baik karena kematian, sudah tidak mampu atau yang
lain yang membuat pihak yang digantikan tidak dapat melakukan aktifitasnya.[12]
Kedua alaikat adalah mahluk yang ta’at
dan patuh pada perintah Allah. Mereka di perintahkan Allah untuk menyembah dan
tunduk kepada adam, dan iblis atau setan adalah mahluk yang ingkar dan durhaka
kepada Allah. Iblis adalah musuh adam dan anak cucunya. Ia yang memperdayakan
dan membisikan kepada ruh adam supaya berbuat kejahatan.[13]
Ketiga kholifah adalah pengganti
Allah di bumi.pengertian kolifah ini juga mencangkup seluruh manusia yang
berciri mempunyai kema mpuan berfikir yang luar biasa sekalipun kita tidak
mengerti rahasia kholifaqh jenis terakhir ini termasuk tidak mengetahui
bagaimana prosesnya. Dengan kemampuan akal manusia bisa mengelola alam semesta
dengan penuh kebebasan. Manusia dapat berkreasi, mengolah pertambangan dan
tumbuh-tumbuhan, dapat menyelidiki lautan, daratan, dan udara serta dapat
merubah wajah bumi yang tandus menjadi subur. Jadi tak ada bukti yang lebih
jelas didalam hikmah Allah menciptakan manuysia jenis ini kecuali manusia itu
mempunyai keistimewaan dengan bakat-bakat yangada pada diri mereka sehingga
mampu mengemban tugas kolifah dimuka bumi ini.[14]
Keempat kholifah yang dimaksud adalah
pengganti malaikat karena malaikat itu adalah makhluk yang berdiam di bumi atau
bermakna khalifah allah di bumi. Allah mengajarkan kepada Adam dengan jalan
menciptakan ilmu dharuri atau dengan jalan ilham.[15]
Kelima, kepentingan mengenai
pengangkatan Adam dan bahwa di antara anak cucunya ada pula yang taat dan ada
pula yang durhaka hingga terbukti dan tampaklah keadilan diantara keadilan.
Maka Allah pun menciptakan adam dari tanah atau lapisan bumi dengan jalan
mengambil dari setiap corak dan warnanya lalu di aduk dengan berbagai jenis air
kemudian di tiypkannya roh hingga menjadi makhluk yang dapat merasa. Kemudian
Allah mengajarkan kepada adam nama-nama benda dengan jalan memasukkan ke dalam kalbunya pengetahuan itu.[16]
G. Imlplikasi
Ayat Dengan Teori
1. Teori
pendidikan (Teori Gestalt)
Teori ini dikembangkan oleh Max
Wertheimer (1880-1943). Ia dilahirkan di Praha dan ia mencapai gelar doktornya
di Wurzburg tahun 1904. Menurut teori ini bahwa yang utama dalam kehidupan
manusia adalah mengetahui dan bukan respon. Suatu konsep yang penting dalam
psikologi gestalt adalah tentang insight yaitu pemahaman dan pengamatan
mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi
permasalahan.[17]
Beberapa prinsip penerapan teori gestalt adalah:
a. Belajai
itu berdasarkan keseluruhan. Teori gestalt menganggap bahwa keseluruhan itu
lebih memiliki makna daripada bagian-bagian. Bagian-bagian itu hanya berarti
apabila dalam keseluruhan. Makna dari prinsip ini adalah bahwa pembelajaran itu
bukanlah berangkat dari fakta-fakta akan tetapi berangkat dari suatu masalah.
Melalui masalah tersebut siswa dapat mempelajari fakta.
b. Anak
yang belajar merupakan keseluruhan. Prinsip ini mengandung pengertian bahwa
membelajarkan anak bukanlah hanya mengembangkan pribadi anak seutuhnya. Oleh
karenanya mengajar itu bukanlah menumpuk memori anak dengan fakta-fakta yang
lepas tetapi mengembangkan keseluruhan potensi yang ada pada diri anak.
c. Belajar
berkat insight. Telah dijelaskan bahwa insight adalah pemahaman terhadap
hubungan antar bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Dengan demikian
belajar itu akan terjadi manakala dihadapkan pada suatu persoalan yang harus
dipecahkan.
d. Belajar
berdasarkan pengalaman adalah kejadian yang dapat memberikan arti dan makna
kehidupan setiap perilaku individu.[18]
2. Penjelasan
Ayat
Menurut Warren Bennis[19]
yang di maksud dengan pemimpin (khalifah) adalah orang yang mampu
mengekspresikan diri sepenuhnya. Proses menjadi seorang pemimpin pada dasarnya
adalah proses menjadi seorang manusia seutuhnya.
Bennis menyimpulkan bahwa pokok
pemimpin ada 2 hal yaitu sebagai berikut:
a. Para
pemimipin itu memerluukan usaha bukan sekedar bakat dari lahir dan lebih anyak
di bentuk oleh diri sendiri dari pada hal-hal eksternal.
b. Seprang
pemimpin tidak ada yang menyatakan dirinya pemimpin tetapi sebaliknya yaitu
mengekspresikan diri secara bebas dan sepenuhnya.[20]
Jadi pada intinya manusia adalah seorang
pemimpin (khalifah) yang memiliki bakat yang luar biasa dan hanya bisa
dikaembangkan melalui pribadi sendiri. Begitu pula dengan konsep teori gestalt
yakni pemahaman secara keseluruhan untuk mendapatkan suatu pengetahuan. Dalam
hidup di dunia ini mansia senantiasa mendapatkan hambatan dan masalah dan untuk
menyelesaikan masalah tersebut manusia di bekali bakat ataupun pengetahuan
mendasar oleh Allah SWT kemudian dipahami secara menyeluruh tentang masalah
tersebut hingga mendapatkan suatu hasil akhir yaitu penyelesaian. Dalam proses
itulah manusia bisa mendapatkan pengetahuan yang bisa digunakan untuk pegangan
dalam menjalankan tugasnya menjai khalifah.
H. Pesan
Moral
Dengan dipaparkannya penjelasan diatas dapat diambil
beberapa pesan moral, diantaranya:
· Sebagai
petunjuk atau meningkatkan kepada setiap hambanya bahwa kekuasaanya Allah SWT
sangatlah agung dan dapat menghendaki apapun yang ia kehendaki.
· Sebagai
motivasi agar manusi meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
· Memotivasi
kita untuk selalu belajar mendapatkan pengetahuan agar dapat menjalankan
tugasnya menjadi khalifah.
· Mengingatkan
pada diri sendiri bahwa hidup di dunia mempunyai tugas yang mulia yang nantinya
akan di perttanggungjawabkan di akherat kelak.
DAFTAR
PUSTAKA
Al Jumadatul
Ali, Al-Quran
Dan Terjemahnya (Bandung:CV Penerbit Art,2005)
M Quraish
Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta:Lentera Hati,2002)Ahmad Musthofa
Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi (Semarang:CV Toha Putra,1992)
Imam Jalaludin
Al-Mahalli, Tejemahan Tafsir Jalalain (Bandung:Sinar Baru Algesindo,2008)
Ari Ginanjar Agustian,
Rahasia
Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Dan Spiritual (Jakarta:ARGA,2005)1
Muhammad Nasib
Ar-Rifa’I, Taisiru Al-Aliyyul Qadir li Ikhtisari Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3
(Jakarta:gema insani press,1999)974
M Mahmud Yunus, Tafsir
Qur’an Karim (Jakarta:PT Hidakarya Agung,2004)
Teungku Muhammad
Hasbi as-Shiddiqy, Al-Bayan Tafsir Penjelas Al-Quranul Karim (Semarang :PT Pustaka
Rizki Putra,2002)
Muhammad Said, Psikologi
Dari Zaman Ke Zaman (Bandung:Jemmars,1990)1
Margaret E.Bell
Gredler, Belajar Dan Membelajarkan (Jakarta:PT grafindo persada,1994)
Andrias harEfa, Menjadi
Manusia Pembelajar (Jakarta:Kompas,2008)
[5]
Ari Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun
Kecerdasan Emosi Dan Spiritual (Jakarta:ARGA,2005)155
[9]
Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Taisiru Al-Aliyyul Qadir li Ikhtisari
Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3 (Jakarta:gema insani press,1999)974
[15]
Teungku Muhammad Hasbi as-Shiddiqy, Al-Bayan
Tafsir Penjelas Al-Quranul Karim (Semarang :PT Pustaka Rizki
Putra,2002)19
0 komentar:
Posting Komentar