PENDAHULUAN
- Latar belakang masalah
Kepribadian muslim merupakan tujuan
akhir dari setiap usaha pendidikan islam. Kepribadian yang diharapkan islam
adalah kepribadian yang sesuai dengan norma-norma islam. Kepribadian tidak
terjadi dengan sekaligus, akan tetapi melalui proses kehidupan yang panjang.
Maka dalam hal ini pendidikan mempunyai peran yang besar dalam pembentukan
kepribadian muslim.
Kepribadian muslim diartikan sebagai
identitas yang dimiliki oleh seseorang sebagai cirri khas dari keseluruhan tingkah
laku sebagai muslim baik yang ditampilkan sebagai tingkah laku lahiriah maupun
sikap batiniahnya.
Di satu sisi kepribadian itu
mempunyai cirri khas yang bersifat individual yang berbeda dengan yang lainnya
dan dipihak lain individu diharapkan dapat menampilkan kepribadian yang
integral dalam kelompok masyarakat muslim sebagai ummah. Oleh sebab itu
diperlukan kajian secara komprehensif tentang kepribadian muslim tersebut.
- Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut
perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya kajian
makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
- Apa pengertian kepribadian muslim?
- Apa saja aspek-aspek kepribadian muslim?
- Bagaimana proses pembentukan kepribadian muslim
PEMBAHASAN
- Pengertian Kepribadian Muslim
Ada tiga kata yang sering digunakan
dalam penyebutan yang sama dan mempunyai kedekatan makna seperti karakter,
tempramen dan kepribadian.[1]Karakter
lebih menjurus kearah tabiat-tabiat yang dapat disebut benar atau salah, sesuai
atau tidak sesuai dengan norma-norma social yang diakui.
Tempramen ialah satu segi dari
kepribadian yang erat hubungannya dengan perimbangan zat-zat cair yang ada
dalam tubuh. Dalam tubuh kita terdapat zat-zat cair, diantaranya ada empat
jenis yang berpengaruh sekali kepada tempramen kita. Keempat jenis zat cair itu
ialah cairan empedu kuning, darah empedu, empedu hitam dan lender. Misalnya
seorang akan bersifat pemarah kalau cairan empedu kuning lebih banyak dalam
perimbangannya dengan zat cairan lainnya.
Kepribadian adalah meliputi kualitas
keseluruhan diri seseorang. Kualitas itu akan tampak dalam cara-caranya
berbuat, cara-caranya berfikir, cara-caranya mengeluarkan pendapat, sikapnya,
minatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya.[2]
Dengan demikian kepribadian adalah
sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku yang ada dalam diri individu yang
bersifat psikofisik dalam interaksinya dengan lingkungan yang menyebabkan
individu itu berbuat dan bertindak seperti apa yang dia lakukan, dan menunjukan
ciri-ciri yang khas yang membedakan individu dengan individu yang lainnya.
Termasuk didalamnya sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan cita-cita, pengetahuan
dan ketrampilan, macam-macam cara gerak tubuhnya, dan sebagainya.
Sedangkan kepribadian muslim adalah
kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan
jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya menunjukan pengabdian kepada
tuhan dan penyerahan diri kepadan-Nya.
Konsepsi islam tentang bagaimana
wujud kepribadian muslim adalah identik dengan aspek-aspek kepribadian manusia
seutuhnya.
Ada tiga aspek pokok yang menjadi
corak khusus bagi seseorang muslim menurut ajaran islam, yaitu:
1.
Adanya wahyu Tuhan yang memberikan kewajiban kepada manusia
muslim untuk melaksanakan tugasnya yang berkaitan dengan Tuhan maupun
masyarakat.
2.
Praktik ibadah yang harus dilakukan dengan aturan-aturan
yang pasti dan teliti. Hal ini akan mendorong setiap muslim untuk memperkuat
tali persaudaraan dengan sesamanya dan akan menjadikan sebagai kelompok yang
terorganisir.
3.
Konsepsi islam tentang alam yang menggambarkan penciptaan
manusia secara harmonis dan seimbang dibawah perlindungan tuhan. Ajaran ini
juga akan mengukuhkan kelompok.
Atas dasar ajaran ini maka pribadi
muslim bukanlah pribadi yang egoistis, akan tetapi seseorang pribadi yang penuh
dengan sifat-sifat pengabdian baik kepada Tuhan maupun kepada sesamanya. Selain
itu menurut Syaikh M. Jamaludin Mahfuzh ada tiga hal yang menjadi karakteristik
seseorang bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki kepribadian muslim, yaitu:
1.
Menyerahkan diri kepada Allah
Membentuk pribadi yang islami harus
atas dasar kesadaran menyerahkan diri kepada Allah.
2.
Kebebasan dan kemuliaan manusia
Pribadi seorang muslim harus
melepaskan diri dari pengabdian kepada selain Allah. Sehingga is benar-benar
bisa terbebas dari kegelisahan, ketakutan, dan perasaan apa saja yang dapat
memperlemah dan melecehkan kemuliaan insan.
3.Membebaskan
pribadi muslim dari faktor-faktor ketakutan
Mengatasi rasa takut dengan
pendekatan aspek akidah (tauhid). Ia ditanamkan akidah atau keyakinan ke hati
setiap muslim bahwa yang menguasai segenap kekuasaan hanyalah Allah semata. [3]
B.
Aspek-aspek kepribadian
Pada garis besarnya aspek-aspek
kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal :
·
Aspek-aspek kejasmanian
Meliputi tingkah laku luar yang
mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya : cara-caranya berbuat,
cara-caranya berbicara dan sebagainya.
·
Aspek-aspek kejiwaan
Meliputi aspek-aspek yang tidak
segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar, misalnya : cara berfikir, sikap
dan minat.
·
Aspek-aspek kerohanian yang luhur
Meliputi aspek-aspek kejiwaan yang
lebih abstrak yaitu filsafat hidup kepercayaan, meliputi : sistem nilai yang
telah meresap dalam kepribadian dan menjadi ciri bagi kualitas keseluruhan
individu.[4]
Aspek-aspek kepribadian, belum cukup
untuk memberi gambaran keseluruhan mengenai kepribadian-kepribadian,
lebih-lebih mengenai proses perkembangannya. Maka kita membutuhkan
bagian-bagian kepribadian yang lebih dinamis. Sifatnya, yaitu tenaga-tenaga
kepribadian.
Pada garis besarnya, tenaga-tenaga
itu dapat pula dibagi atas:
a.
Tenaga-tenaga kejasmanian
Meliputi seluruh tenaga-tenaga yang
bersumber pada tubuh, misalnya tenaga-tenaga yang bersumber pada bekerjanya
kelenjar-kelenjar, peredaran darah, alat-alat pernapasan, syaraf dan
sebagainya.
b.
Tenaga-tenaga kejiwaan
Terdiri atas karsa, rasa dan cipta.
Dapat juga dibagi atas syahwat, marah dan akal-pikiran.
·
Karsa
Meliputi tenaga-tenaga yang
merupakan sumber pendorong dari suatu kegiatan. Termasuk didalamnya dorongan-dorongan
nafsu, keinginan-keinginan, hasrat-hasrat hawa nafsu dan kemauan
·
Rasa
Tenaga-tenaga ini member sifat pada
kegiatan-kegiatan berupa keharusan, kesenangan-kesenangan, ketidaksenangan dan
sebagainya.
·
Cipta
Melputi tenaga-tenaga yang dapat menciptakan
sesuatu, dapat memecahkan persoalan-persoalan, dapat mencari jalan-jalan yang
tepat untuk sesuatu kegiatan. Biasa disebut akal pikiran.
c.
Tenaga kerohanian yang luhur
Tenaga ini memungkinkan seseorang
berhubungan dengan hal-hal yang gaib,memungkinkan manusia berhubungan dengan
yang maha agung.
Jadi dapat disimpulkan hubungan
antara aspek-aspek kepribadian dan tenaga-tenaga kepribadian adalah :
1.
Aspek-aspek kejasmanian, dipengaruhi dan dibentuk oleh
tenaga-tenaga kejasmanian.
2.
Aspek-aspek kejiwaan, dipengaruhi dan dibentuk oleh
tenaga-tenaga kejiwaan.
3.
Aspek-aspek kerohanian yang luhur, terutama dibentuk dan
dipengaruhi oleh budhi.[5]
C.
Proses pembentukan kepribadian
Pembentukan kepribadian itu
berlangsung secara berangsur-angsur, bukanlah hal yang sekali jadi, melainkan
sesuatu yang berkembang. Oleh karena itu, pembentukan kepribadian merupakan
suatu proses. Akhir dari perkembangan itu jika berlangsung dengan baik maka
akan menghasilkan suatu kepribadian yang harmonis.
Kepribadian yang harmonis adalah
apabila segala aspek-aspeknya seimbang pula sesuai dengan kebutuhan. Pada segi
lain kepribadian yang harmonis dapat dikenal, pada adanya keimbangan antara
peran individu dengan pengaruh lingkungan sekitarnya.
Proses pembentukan kepribadian
terdiri atas tiga taraf, yaitu:
·
Pembiasaan
Adalah membentuk aspek jasmani dari
kepribadian, atau memberi kecakapan berbuat atau mengucapkan sesuatu. Demikian
ini dapat dilakukan dengan cara mengontrol dan menggunakan tenaga-tenaga
kejasmanian dan membantu dengan tenaga-tenaga kejiwaan, dengan membiasakan
peserta didik melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diucapkannya.
·
Pembentukan pengertian, minat dan sikap
Pada tahap ini diberikan pengertian
atau pengetahuan tentang pekerjaan yang dilakukan dan diucapkan dan ditanamkan
pula dasar-dasar kesusilaan yang erat hubungannya dengan kepercayaan dengan
menggunakan tenaga-tenaga kejiwaan karsa, rasa dan cipta.
·
Pembentukan kerohanian yang luhur
Pada tahap ini dapat dilakukan
dengan pendidikan sendiri, yaitu dengan cara menanamkan kepercayaan yang
terdiri atas:
1.
Iman kepada Allah.
2.
Iman kepada malaikat.
3.
Iman kepada kitab.
4.
Iman kepada rasul.
5.
Iman kepada Qadla dan Qadar.
6.
Iman kepada hari akhir
Dengan penanaman kepercayaan adanya
rukun iman tersebut diharapkan akan tercipta kesadaran dan pengertian yang
mendalam. Segala apa yang dipikirkan dan dipilih serta diputuskan dan juga yang
dilakukan adalah berdasarkan keinsafan diri sendiri.[6]
Ketiga taraf pembentukan kepribadian
diatas satu sama lain saling membantu dan saling pengaruh mempengaruhi. Taraf
yang lebih rendah akan menjadi landasan taraf berikutnya dan akan menimbulkan
kesadaran dan keinsafan akan apa yang telah diperoleh dan apa faedahnya,
sehingga akan menimbulkan aktifitas yang lebih sadar dan khusu’.[7]
Selain itu, proses pembentukan
kepribadian muslim dapat pula dilakukan dengan dua cara, yaitu: pertama,
pembentukan kepribadian muslim sebagai individu dan pembentukan kepribadian
muslim sebagai ummah.[8]
1.
Proses pembentukan kepribadian muslim sebagai individu
Dalam pembentukan kepribadian muslim
sebagai individu pembentukan diarahkan pada peningkatan dan pengembangan faktor
bawaan dan faktor pendidikan yang berpedoman pada nilai-nilai islam. Faktor
bawaan dikembangkan melalui bimbingan dan pembiasaan berfikir, bersikap dan tingkah
laku menurut norma-norma islam. Sedangkan faktor pendidikan dilakukan dengan
cara mempengaruhi individu dengan menggunakan usaha membentuk kondisi yang
mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma-norma islam seperti
contoh, teladan dan lingkungan yang serasi.
Proses pembentukan kepribadian
muslim sebagai individu dapat pula dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a.
Portal Education
Proses pendidikan jenis ini
dilakukan secara tidak langsung. Proses ini dimulai disaat pemilihan calon
suami atau istri dari kalangan yang baik dan berakhlak. Kemudian dilanjutkan
dengan sikap dan prilaku orang tua yang islami, disaat bayi dalam kandungan,
ditambah lagi dengan pemberian makanan dan minuman yang halal dan baik serta
dilengkapi penerimaan yang baik dari kedua orang tua atas kehadiran bayi
tersebut.
Sedang
kualifikaisinya sebagai berikut.[9]
Calon suami yang ideal bagi seorang
mukmin :
·
Beragama islam.
·
Mempunyai komitmen penuh sebagai penanggung jawab rumah
tangga yang akan dibangun kelak.
·
Baik budi kepada istri.
Calon istri yang ideal bagi seorang
mukmin
·
Beragana islam.
·
Mempunyai komitmen penuh untuk taat kepada suami.
·
Tunduk taat kepada hukum Allah tentang perkawinan mencakup
tugas kewajibannya sebagai ratu rumah tangga, sebagi istri, sebagi ibu yang
harus mengandung, melahirkan, mengasuh anak dan smua yang terkait padanya[10]
b.
Education by another
Proses pendidikan jenis ini
dilakukan secara langsung oleh orang lain seperti: orang tua dalam rumah
tangga, guru disekolah dan pemimpin didalam masyarakat.[11]
Firman Allah :
Artinya: “ Dan Allah mengeluarkan
kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui apapun dan ia menjadikan bagimu
pendengaran, penglihatan dan hati.” (Q.S. Al-Nahl : 78)
Oleh karena itu diperlukan orang
lain untuk mendidik manusia supaya dia mengetahui tentang dirinya dan
lingkungannya. Dan sekaligus bantuan orang lain juga diperlukan agar ia dapat
melakukan kegiatan belajar sendiri. Proses ini dimulai semenjak anak dilahirkan
sampai anak mencapai kedewasaan baik jasmani maupun rohani.
Anak yang baru lahir diazankan bagi
pria dan diqamatkan bagi wanita, dan kemudian mendoakannya agar menjadi anak
yang saleh dan beragama dan mendoakannya agar terhindar dari gangguan syetan
dan lainnya. Setelah anak berumur tujuh hari lalu diaqeqahkan. Setelah anak
dewasa sedikit lalu dikhitankan. Kemudian anak-anak disuruh belajar
dimasjid/musholla disekolah atau dilembaga pendidikan lainnya.
c.
Self Education
Proses ini dilaksanakan melalui
kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain seperti membaca buku-buku, majalah,
Koran dan sebagainya, atau melalui penelitian untuk menemukan hakikat segaala
sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Menurut Muzzayyin, self education
timbul karena dorongan dari naluri kemanusiaan yang ingin mengetahui. Ia
merupakan kecenderungan anugrah Tuhan. Dalam ajaran islam yang meyebabkan
adanya dorongan tersebut adalah hidayah Allah.
Firman
Allah SWT:
Artinya : “Tuhan kami ialah
(Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk bentuk kejadiannya
petunjuk.” (Q.S. Tha’ha : 50)[12]
2.
Pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah.
Kepribadian muslim sebagai ummah
adalah merupakan komunitas muslim yang memiliki pandangan hidup sama, walaupun
masing-masing mempunyai faktor bawaan yang berbeda. Persamaan pandangan hidup
diyakini akan membantu usaha membina hubungan yang baik serasi antar sesama
anggota keluarga, masyarakat, bangsa, maupun antar sesama manusia sebagai
ummah.
Selain itu proses pembentukan
kepribadian muslim secara ummah dapat pula dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a.
Pergaulan social
1.
Tidak melakukan hal-hal yang keji dan tercela seperti,
membunuh, menipu, riba, merampok, memakan harta anak yatim dan sebagainnya.
2.
Membina hubungan tata tertib, meliputi bersikap sopan santun
dalam pergaulan, meminta izin ketika masuk kerumah orang, berkata baik dan
memberi serta membalas salam.
3.
Mempererat hubungan kerjasama dengan cara meninggalkan
perbuatan-perbuatan yang dapat merusak dasar kerjasama untuk membela kejahatan,
berkhianat, mengadakan saksi palsu dan sebagainya.
4.
Menggalakkan perbuatan-perbuatan terpuji yang memberi dampak
positif kepada masyarakat antara lain berupa menepati janji, memaafkan,
memperbaiki hubungan antar sesama muslim dan sebagainya.
b.
Pergaulan dalam Negara
Pergaulan dalam Negara dapat
dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai ke islaman dalam Negara berupa.
1.
Kewajiban kepala Negara untuk bermusyawarah dengan
rakyatnya.
2.
Menerapkan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran dan kasih
saying serta tanggung jawab terhadap rakyat.
3.
Tidak menyelenggarakan kepercayaan rakyat dan menyalah
gunakan kekuasaan.
4.
Tidak membedakan kedudukan dan status social antara orang
kaya dan miskin dalam penerapan undang-undang.
Sebaliknya sebagai rakyat, kaum
muslimin diminta pula untuk menjalankan kewajiban dalam bentuk aktifitas yang
memiliki nilai-nilai islam itu berupa:
1.
Kewajiban mengikuti disiplin dengan taat dan bersyarat,
yaitu selama kepala Negara masih dapat menjunjung tinggi perintah Allah.
2.
Menyiapkan diri dalam membela Negara.
3.
Menjauhi hal-hal yang dapat merugikan Negara seperti bekerja
sama dengan musuh, menjauhi kerusankan dan membuat maker.
c.
Pergaulan antar Negara
1.
Melaksanakan perdamaian antar bangsa.
2.
Menghargai perjanjian.
3.
Tidak serang menyerang.
4.
Membina kerukunan antar Negara dan bantu membantu sesama.[13]
Pembentukan kepribadian muslim
sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun ummah pada hakikatnya seiring
dan menuju ketujuan yang sama. Tujuan utamanya adalah guna merealisasikan diri,
baik secara pribadi maupun secara komunitas untuk menjadi pengabdi Allah yang
setia, tunduk dan patuh pada aturan Allah.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepribadian muslim yaitu kepribadian
yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun
falsafah hidupnya dan menunjukkan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri
kepadanNya dengan disertai beberapa sifat yang mencerminkan ciri khas sebagai
seorang muslim.
Kepribadian muslim merupakan suatu
hasil dari proses sepanjang hidup. Kepribadian muslim tidak terjadi sekaligus,
akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh sebab itu
banyak factor yang membentuk kepribadian muslim tersebut.
Pada dasarnya pembentukan
kepribadian muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun ummah pada
hakikatnya seiring dan menuju ketujuan yang sama. Tujuan utamanya adalah guna merealisasikan
diri, baik secara pribadi maupun secara komunitas untuk menjadi pengabdi Allah
yang setia, tunduk dan patuh pada aturan Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Khobir, Abdul. 2009. Filsafat
Pendidikan Ialam. Pekalongan : Gama Media Offset.
Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan
Islam. Jakata : Kalam Mulia.
Muchlas,
Imam. 2006. Al-Qur’an Berbicara Tentang Hukum Perkawinan. Malang :
Universitas Muhammadiyah Malang.
Marimba, D Ahmad. 1962. Pengantar
Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : PT Alma’arif.
Al-Banjani,
Ramadhana Rachmat. 2008. Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca
Al-Qur’an. Jogjakarta : Diva Press.
Zuhairini, dkk. 1995. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamka. 1987. Tasawuf Modern.
Jakarta : Panji Mas.
[1]
Zuhairini. Dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi
Aksara, 1995), hlm.200
[2]
Al-Banjani, Ramadhana Rachmat.Membaca Kepribadian Muslim
Seperti Membaca Al-Qur’an. (Jogjakarta : Diva Press,2008)
[3]
Abdul Khobir, Op. Cit,131-132
[4]
Ibid,133
[5]
Marimba, D Ahmad, Op. 69-71
[6]
Ibid,75
[7]
Ibid,79
[8]
Ramayulis, Op.Cit,295
[9]
Abdul Khobir, Op. Cip, 134-135
[10]
Muchlas, Imam, Al-Qur’an Berbicara Tentang Hukum
Perkawinan, (Malang : Universitas Muhammadiyah, Malang, 2006), hlm.41-43
[11]
Abdul Khobir, Log. Cit, 135
[12]
Ramayulis, Op. Cit, 296-298
[13]
Ibid, 298-299
0 komentar:
Posting Komentar